Mustofa B Nahrawardaya atau yang biasa dikenal dengan nama autonim @tofalemon di Twitter merupakan salah satu anggota PP Muhammadiyah yang memberikan pencerahan pada peserta workshop MPI di UMS 27/08/16 tentang arti penting berjuang menggunakan media alternatif seperti sosial media dan blog. |
Bang Mus yang membawakan materi 'media alternatif' pada Workshop Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Sabtu 27/08/2016 di UMS Solo tersebut, seakan menyadarkan hadirin tentang betapa pentingnya media tandingan untuk memberikan keseimbangan terhadap berita maupun opini yang diproduksi oleh media arus utama.
Menurutnya, media mainstream (arus utama) yang tidak mendapatkan 'counter opini' dari media alternatif sebagai penyeimbang cenderung menyebabkan ketimpangan informasi. Dimana ketimpangan tersebut pada akhirnya akan berujung pada penjajahan budaya yang kuat terhadap yang lemah.
Jihad atau sebuah upaya sungguh-sungguh dalam memproduksi informasi menggunakan media alternatif akan menghasilkan opini ideal sebagai jalan tengah. Opini ideal dihasilkan dari berita seimbang yang dihasilkan antara keduanya.
Dakwah Jihad Informasi
Bang @tofalemon secara gamblang memberikan gambaran beberapa media alternatif yang dapat digunakan dan didayagunakan sebagai 'senjata' dalam rangka jihad era digital ini. Setidaknya ada empat tipe media, yakni elektronik (televisi, radio), cetak (brosur, flyers, buletin), online (web, blog, games) serta sosial media (twitter, facebook, instagram, dsb.).
Jika pada awalnya media alternatif hanya bersifat 'menggenapi' media arus utama yang ada, hal itu kini mulai bergeser dengan memperhatikan beberapa fakta bahwa media mainstream banyak mendapatkan pengaruh dari media alternatif. Bahkan, saat ini justru media alternatif lebih marak digunakan untuk berbagai tujuan seperti politik, budaya, pendidikan, keamanan dan sebagainya.
Mengutip makna Dakwah (dalam Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penerjemah, 1973, Hal. 127), bang Mus mengingatkan bahwa sejatinya dakwah jihad informasi tersebut harus terdiri dari aktivitas, pertama, menyeru, kedua, memanggil, ketiga, mengajak, dan yang terakhir adalah menjamu.
Dan, dakwah dianalogikan sebagaimana pada pesawat terbang, dakwah tersebut memiliki dua sayap kanan kiri yang saling menguatkan, yakni Amar ma'ruf dan Nahi Munkar. Keduanya harus seimbang, selaras dan sama-sama kuat. Jika tidak, maka jatuhlah pesawat tersebut.
Paling penting, jihad informasi ini harus dijalankan secara serius dengan mempertimbangkan berbagai hal termasuk kualitas konten, strategi, mapping dan masih banyak lagi yang perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan hasil optimal sesuai dengan harapan. Yakni, memberikan pencerahan dan mengubah perilaku publik menjadi lebih positif. Allahu a'lam. (*)
Ditulis oleh Fahrudin R. bersumber dari materi pemaparan bang @tofalemon dalam Workshop MPI PP Muhammadiyah, 26-28/08/2016, di UMS Solo.