Cybermu1912 & Mustofa Nahrawardaya - Pasukan digital Muhammadiyah berkumpul dalam acara kopdar Netizmu dan Jaringan Radiomu. Menghasilkan komitmen untuk mengawal dakwah muhammadiyah di dunia maya serta kode etik dalam aktivitas menggunakan media siber. |
Pada kopdarnas Netizmu yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta UMY, Sabtu (19/08/17) tersebut, para praktisi media online tersebut memiliki kesamaan visi dan pemahaman tentang keharusan mengawal gerakan dakwah Muhammadiyah.
Menurut para peserta maupun inisiator acara yang juga memiliki nama beken seperti, Bang Mus, Buya Sorta, Robby Abror, Mas Tarom, Rhomandika, Fahrudin R, Enggar dan masih banyak lagi lainnya menyatakan bahwa sikap "cenderung diam" warga Muhammadiyah di media sosial harus segera diakhiri. Jika tidak, media online hanya akan diisi oleh buzzer-buzzer berotak bebal tukang fitnah dan sejenisnya.
Mustofa Nahrawardaya atau yang lebih dikenal dengan akun twitter @NetizenTofa, sebagai anggota Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah mengingatkan, "bicara baik atau diam," seraya mengutip hadits shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim.
Hadits bicara baik atau diam - Salah satu presentasi Bang Mustofa Nahrawardaya terkait dengan etika dalam ber-media sosial. Sebagai Muslim, hendaknya aktivitas di dunia online atau jagad maya juga harus tetap memperhatikan etika dan hidup yang berkeadaban. |
Sebagai selebtwet yang cukup berpengaruh di jagad online atau dunia siber, Mustofa Nahrawardaya membuka dan 'menjlentrehkan' beberapa fakta peperangan dan kekuatan yang berada di belakangnya.
Sebelum ditutup, acara kopdarnas Netizmu ini menghasilkan beberapa kesepakatan yang tertuang dalam kode etik, strategi gerakan hingga deklarasi nama CyberMu1912 sebagai pasukan warganet yang siap mengawal serta meluruskan berbagai "pelintiran isu" yang diarahkan pada Muhammadiyah maupun para pimpinan.
CyberMu1912 menjadi angin segar dan semangat baru dalam jihad media yang dilakukan Muhammadiyah karena pada tahap awal telah mampu mengumpulkan beberapa pegiat media dengan spesialisasi berbeda-beda. Selain nama-nama yang telah disebut diatas, ada juga aktivis IMM Sleman, Dzikrillah yang menjadikan Instagram sebagai media perjuangan dan 'perang' dakwah amar ma'ruf nahi mungkar. Kedepan diharapkan komunitas mujahid digital ini terus bertambah solid dengan latar belakang spesialisasi yang lebih beragam pula. InsyaAllah!. • fahrudin