Kompetensi Keilmuan - Dr. H. Abdul Mu'thi, M.Ed memberikan kuliah umum tema "Pendidikan Islam di Indonesia: Antara harapan dan tantangan" di Universitas Muhammadiyah Jember (8/10/2016) |
Majelis ilmu yang bertempat di Gedung D Unmuh Jember tersebut mengangkat tema, "Pendidikan Islam di Indonesia: Antara Harapan dan Tantangan" diikuti dosen berserta puluhan mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) serta mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
Dalam pemaparannya, Abdul Mu'ti menjelaskan tentang perjalanan perkembangan pendidikan agama Islam di Indonesia lewat institusi seperti madrasah, sekolah islam serta lembaga pendidikan berbasis organisasi massa Islam.
Pria asal Kudus Jawa Tengah ini menerangkan bahwa sejak era 80-an telah terjadi konvergensi secara sosiologi, teologis dan politis terhadap madrasah dan pesantren sebagai lembaga 'genuine' Indonesia dalam menuntut ilmu keislaman.
Pada masa sekarang ini, madrasah, pesantren dan lembaga pendidikan Islam harus mampu bersaing dengan sekolah umum yang juga menawarkan 'konten' sama serta mampu merespon tantangan kebutuhan pasar kerja.
Seringkali lulusan produk pendidikan saat ini tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan serta realitas dunia kerja. Sebagai contoh, sering kita jumpai lulusan sarjana agama justru menjadi pengusaha, justru lulusan sarjana ekonomi menjadi konsultan training-training motivasi spiritual.
Dan terlebih menjadi ironi adalah sering kali menjumpai lulusan-lulusan sarjana hanya menjadi kasir dan teller di toko-toko home industri, ataupun di bank. Padahal sejatinya, mereka lebih mampu dari pekerjaannya saat ini.
Oleh karena itu, menurut Dr. Abdul Mu'thi ada 3 kompetensi keilmuan yang harus dikuasai oleh para mahasiswa saat ini, antara lain:
- Kompetensi kurikuler sesuai jurusannya yang harus betul-betul dikuasai dan mendalam.
- Kompetensi bahasa, minimal bahasa Inggris.
- Kompetensi kepemimpinan termasuk disiplin ilmu lain yang menunjang bidang intinya sehingga akan lahir ilmuwan yg holistik-integratif.
Menurut beliau, satu hal yang belum dimiliki oleh lulusan Perguruan Tinggi, yaitu keuletan dan kemandirian dimana hal itu sudah ditanamkan jika berada pesantren. Jiwa tersebut yg kemudian mengantarkan lulusan pesantren banyak yang lebih 'survive' di masyarakat.
Pertanyaan kedua, tentang alasan dosen-dosen agama di IAIN atau UIN justru mempelajari ilmu di 'barat' yang notabene non-muslim yang justru berpotensi membuat pembelokan misi agama.
Mengenai pertanyaan tersebut, Dr. Abdul Mu'thi menjawab, justru hal itu perlu untuk memperkaya pemahaman keagamaan dengan pendekatan-pendekatan ilmu lain yang lebih luas dan komprehensif. Meski, ada pula memang yang "tidak berhati-hati" yang justru menjadi liberal, akan tetapi jika berangkat dari fondasi agama yang kuat justru akan menjadi upaya rasionalisasi dalam semangat beragama kita dimana hal tersebut tidak dapat dielakkan pada era sekarang ini.
Kuliah yang berlangsung hingga pukul 4 sore ini dihadiri pula oleh Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Jember Dr. Sulistio Adi W., Wakil Ketua PWM Jatim Drs. Sulthon Amien, MM, Wakil Sekretaris PWM Jatim Dr. Biyanto, M.Ag serta Ketua LP-AIK Unmuh Jember Manan Suhadi, SH., MH. ● Idris M, Maghfur