Al-Maidah 51 - Umat Islam dilarang memberikan loyalitas pada kaum Nasrani dan Yahudi |
Memang, dalam mengartikan dan menerjemahkan maupun menafsirkan Qur'an tidak boleh hanya kata per-kata. Akan tetapi ada berbagai aspek yang harus diperhatikan termasuk asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat tersebut) maupun kaidah tata bahasa arab, nahwu sharaf.
Bahkan menurut Ismail bin Katsir, penulis tafsir Ibnu Katsir, metode menerjemahkan Qur'an yang paling benar adalah dengan menggunakan Qur'an itu sendiri. Jika tidak didapatkan maka tafsir menggunakan hadis, jika tidak didapatkan menggunakan hadits maka menggunakan pendapat sahabat, dan jika masih saja belum didapatkan dengan ketiganya maka tasir dapat menggunakan pendapat para tabi'in.
Tentang Al-Maidah ayat 51, ulama bersepakat termasuk dalam Ibnu Katsir, kata Auliya diterjemahkan sebagai 'pemimpin'. Hal ini mengacu pada kisah Khalifah Umar yang melarang Abu Musa Al-Asy'ari mengangkat seorang sekretaris dari golongan Nasrani meskipun yang bersangkutan memiliki kecakapan dan profesionalitas dalam bekerja.
Dalam konteks kekinian, makna pemimpin tersebut menjadi menarik untuk diperdebatkan. Hal itu tidak lain karena kita hidup dalam negara Pancasila, dimana kita pun menerimanya sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah. Yakni, sebuah konsensus bersama dan kesaksian.
Sehingga muncul pertanyaan, Apakah benar kita tidak diijinkan untuk memilih pemimpin yang merujuk pada sebuah jabatan publik?, atau bahkan lebih dari 'hanya sekedar' itu?.
Bagaimana dengan arti kata Auliya dalam berbagai kamus?. Google translate mengartikan kedalam bahasa Indonesia kata Auliya adalah 'Orang tua'. Sedangkan kedalam bahasa Inggris menjadi, custodian, sponsor dan protector.
Custodian ini bermakna sebagai petugas, pemelihara. Sedangkan 'sponsor' adalah perseorangan maupun kelompok yang 'provides fund' menyandang dana untuk sebuah proyek ataupun kegiatan. Sedangkan 'protector' adalah seseorang yang bertugas menjaga seseorang ataupun sesuatu.
Sedangkan kamus Almaany, english-arabic dictionary mengartikan kata Auliya sebagai allies, protectors, friends dan patron.
Allies adalah sekutu. Kata ini lebih digunakan sebagai gabungan orang atau kelompok yang tergabung atas dasar ancaman tertentu yang diwujudkan dalam bentuk sebuah perjanjian. Sedangkan 'friends' mengacu pada handai taulan (teman dekat).
Dan menariknya, kata Patron merujuk pada penggunaan beberapa kalimat yang memiliki arti sebagai pelindung, penyokong, 'langganan tetap' serta deking.
Ketika kita mencermati penggunaan kata Auliya itu sendiri dalam ranah kehidupan sehari-hari, ternyata arti atau terjemahan yang diberikan lebih dari sekedar label formalistik. Auliya bukan sekedar 'pemimpin' yang diperoleh dari proses demokrasi semacam pemilu, pilpres maupun pilkada.
Akan tetapi bermakna lebih luas yang jusru mempertanyakan tiap-tiap pribadi kita tentang apa yang telah kita amalkan atas perintah Qur'an Surat Al-Maidah ayat 51 tersebut. Ibnu Katsir menyebut tafsir surat Qur'an ayat 51-53 sebagai larangan Umat Islam ber-wala' atau memberikan loyalitas terhadap kaum Nasrani dan Yahudi.
Sehingga, yang dimaksud tidak menjadikan Nasrani dan Yahudi sebagai Auliya adalah tidak sebatas untuk tidak memilihnya sebagai pejabat publik yang memiliki kuasa atas sebuah kebijakan. Akan tetapi juga tidak menjadikannya sebagai sponsor, penyokong, handai tolan, juga langganan tetap maupun deking dalam berbagai urusan baik ekonomi, sosial dan kebudayaan.
Sungguh naif, jika saat ini kita 'berkoar' untuk tidak memilih pemimpin non-muslim akan tetapi dilain pihak kita justru masih saja (atau bahkan bangga) menjadikan mereka sebagai Auliya. Menjadikan mereka sebagai sponsor ataupun 'langganan tetap'.
Mari kita bertanya pada diri sendiri, masihkah kita bangga berbelanja sambil menenteng tas berlabel 'Matahari Department Store' yang merupakan anak perusahaan Lippo Group?.
Atau yang paling sederhana, masihkah kita lebih memilih membeli air mineral di Indomaret milik Salim Group ketimbang di kios dekat rumah yang bisa jadi pemiliknya masih se-aqidah dengan kita?.
Jangan-jangan tanpa sadar, sebagai muslim kita telah memiliki lebih dari satu 'Auliya' beragama Nasrani dan Yahudi dalam kehidupan sehari-hari. Na'udzubillah. ● fahrudin