Selamat Datang di Laman JemberMu.com - Portal Resmi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Jember

Kenali Berita Hoax, Muhammadiyah Selenggarakan Pelatihan

Pelatihan mendeteksi konten HOAX diselenggarakan oleh MPI PP Muhammadiyah
Berita HOAX saat ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Hampir setiap hari selalu ada saja konten hoax yang disebarkan baik melalui media pertemanan seperti Facebook, Twitter, konten sharing seperti YouTube. Serta kehadiran jejaring sosial seperti WhatsApp mempermudah berita hoax tersebut menjadi viral.

Kondisi arus dis dan mis-informasi yang sangat memprihatinkan ini mendorong Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui MPI (Majelis Pustaka dan Informasi) untuk menyelenggarakan pelatihan mendeteksi konten Hoax pada 24-25 November 2018 di Aula KH Ahmada Dahlan Kantor PP Muhammadiyah.

Pelatihan yang dibimbing langsung oleh Afwan Purwanto Mu'in dari Google News Initiative ini memberikan wawasan yang cukup menarik bagi peserta untuk dapat memahami dan menangkal konten berita hoax. Menurut Afwan, istilah yang paling tepat adalah Mis-Informasi atau Dis-Informasi. Karena pada umumnya konten hoax itu merupakan 'pemelintiran' informasi yang tidak sesuai, misalnya antara gambar dengan captionnya.

Lantas mengapa hoax susah sekali diberantas?, hal itu karena peran publik itu sendiri. Seseorang cenderung membagikan ulang (share) konten hoax yang cenderung dengan persepsinya baik disadari (mis) atau tidak disadari (dis) atas informasi yang dibagikan tersebut.

Afwan dalam pelatihan ini mengajarkan beberapa cara mendeteksi konten berita hoax. Terdapat beberapa tools di Internet secara gratis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah berita tersebut benar atau salah. Diantaranya adalah, Google Image, Google Maps, Google Street View dan masih banyak lagi.

Pada intinya, budaya tabayun harus dikedepankan. Sebelum menekan tombol 'bagi' atau 'share', pengguna harus meluangkan waktu check-and-recheck konten tersebut. Kenali sumber beritanya, lokasi dan waktu posting juga harus diidentifikasi. Terlebih jika hal tersebut berhubungan dengan isu sensitif seperti SARA dan Politik. (fhr)