Makna Dakwah Dalam Surat Ali Imran Ayat 200
Drs. Najib Hamid, MSi menerangkan makna Quran ALi Imran ayat 200 di Pengajian Ahad Pagi PDM Jember |
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْا ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ࣖ آل عمران : ۲۰۰
Dalam surat Ali Imran ayat 200 yang ditulis di atas, bisa juga ditafsirkan dan diimplementasikan dalam strategi berdakwah Muhammadiyah dan umat Islam.
Saat ini dakwah Muhamamdiyah melalui pengajian sudah makin marak dan berkembang. Meskipun perkembangan itu memiliki tingkat kualitas dan kuantitas yang berbeda di tiap ranting, cabang maupun daerah.
Akan tetapi, secara garis besar pengajian sebagai lahan dakwah yang berkembang adalah mereka yang melaksanakan dengan istiqomah utamanya dalam disiplin waktu.
Iṣbirụ wa ṣābirụ wa rābiṭụ
Bisa ditafsirkan sebagai sabar dan tetap bersabar tapi bersifat aktif dan bukan pasif pasrah.
Sabar dalam dakwah merupakan sebuah proses pencermatan, penghayatan dan perencanaan. Dalam konteks mengadakan pengajian, perlu direncanakan dengan baik serta membuat program pengajian yang baik.
Terkait dengan tepat waktu dimulai dan diakhiri, hendaknya panitia pengajian tidak mengikuti selera audiens misal dengan molornya waktu.
Tak hanya waktu, tapi dalam pengajian (dakwah) itu juga harus menggembirakan serta menggairahkan. Jangan sampai mendatangi pengajian ibarat datang takziah kematian.
Tak kalah pentingnya, bahwa dalam dakwah pengajian itu, apa yang kita kaji adalah apa yang bisa dilakukan oleh jamaah pengajian setelah pulang pengajian.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
Dalam al Qur'an surat As-Shaff ayat 2 Allah berfirman "Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?"
Apa yang diceramahkan itu setidaknya berusaha kita laksanakan, tidak hanya datang duduk lalu pulang.
Pengajian Muhammadiyah itu tidak hanya aspek displin waktu serta perencanaan, tapi juga tidak boleh berhenti hanya di pengajian.
KH. Ahmad Dahlan saat mengajari santrinya bahkan mengulang-ulang ngaji surat Al Maun hingga membuat santrinya bertanya-tanya. Ternyata makna Al Maun tidak hanya diucapkan tetapi juga implementasi sosial dengan mengurusi anak yatim saat itu yang terlantar.
Inilah yang melandasai tafsir sosial Muhammadiyah sehingga berdiri ratusan Amal Usaha di pelosok negeri ini.
Jadi apakah kita paham lalu hanya melakukan rutinitas mendatangi pengajian tanpa ada tindak lanjut?
Lalu, kesabaran, kecermatan serta gairah dan kegembiraan dalam dakwah pengajian juga harus ditunjang dengan soliditas panitia/pengurus pengajian serta pimpinan Muhammadiyah di segala tingkatan. Itu bisa disamakan dengan makna wa rabithu dalam Ali Imran ayat 200.
Wattaqullāha
Dan akhir dari ikhtiar kita semua di atas ialah ketaatan kita pada Allah SwT sehingga spiritualitas kita semakin kuat.
Maka dari itu, mulai sekarang marilah kita menciptakan sejarah kebajikan. Jangan cuma kulak'an, tapi praktekkan di rumah masing-masing dan ditularkan.
Dari Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” [HR. Muslim]
Dan yang sama pentingnya, Ibda' Binafsik!
(Rangkuman ceramah Drs. Najib Hamid, MSi pada Pengajian Ahad Pagi PDM Jember 9 Februari 2020)