BERKAH RAMADHAN : MERAWAT BENTENG KEBERADABAN MANUSIA
Setiap kali Ramadhan hadir, suasana kehidupan umat Islam mengalami keunikan tersendiri. Seluruh aspek hidupnya menjadi serba istimewa, terasa indah dan menggembirakan. Bahkan sejak dua bulan sebelumnya, yakni Rajab dan Sya'ban, banyak lantunan dzikir dan doa atau pujian pujian bergema di hampir semua masjid mushala. Allahumma baarik lanaa fi Rajaba, wa baarik lanaa fi sya'bana, wa ballighnaa Ramadhana. Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab, berkahilah kami di bulan Sya'ban dan sampaikanlah , berikanlah kami bertemu bulan Ramadhan. Bahkan ada yang meyakini Rajab adalah bulan bagi Allah SWT, Sya'ban adalah Bulan Rasulullah SAW dan Ramadhan adalah Bulan Ummat Nabi Muhammad SAW, dengan argumentasi yang mendasarinya, bahwa di bulan Rajab Allah SWT panggil Nabi Muhammad SAW berita mi'raj menerima perintah shalat lima waktu untuk berdzikir, mengingat dan beribadah hanya kepadaNya semata. Pada Sya'ban Kanjeng Nabi Muhammad SAW memperbanyak ibadah puasa dan lainnya melebihi bulan bulan lainnya. Sedang Ramadhan bagi umat Muhammad SAW dibukakan pintu pintu Syurga, ditutup rapat pintu pintu neraka dan syaitan dibelenggu tak mampu menggodanya, serta seluruh amal baiknya dilipatgandakan nilai pahalanya.
Ramadhan sebagai Syahrun mubarakun, bulan yang diberkahi, adalah sebuah keniscayaan, kudrat iradah Allah SWT, dimana Allah SWT menyebutkan jumlah bulan bulan disiNya ada sebanyak 12 bulan. Namun hanya satu bulan yang disebut dalam Al-Qur'an firmanNya, yakni bulan Ramadhan sebagaimana dinyatakan "Syahru Ramadhana...." , yang dikaitkan dengan diturunkannya Al-Qur'an sebagai petuntuk bagi manusia, penjelasan atas bukti nyata petunjuk Nya dan sebagai standar pembeda kebathilan dan kebenaran, kebajikan dan kejahatan.
Keberkahan Ramadhan secara garis besar dapat dimengerti dengan baik dan benar, pertama sebagai bulan yang namanya disebut langsung oleh Allah SWT dalam firman-nya, Al Qur'an. Kedua bulan yang di dalamnya Al Qur'an diturunkan sebagai panduan hidup manusia. Ketiga, bulan yang siang harinya diwajibkan berpuasa bagi setiap orang yang beriman, sejak terbit fajar sampai datang malam, waktu Maghrib. Keempat, bulan yang di ujungnya diwajibkan mengeluarkan zakat Fitri, zakat makanan bagi setiap orang yang hidup dan bernyawa mulai bayi yang baru lahir hingga lansia yang sakit sekalipun. Kelima, bulan yang setiap waktunya menjadi istijabah bagi doa permohonan hamba kepada Allah SWT sebagai Rab yang mengatur hidupnya. Keenam, bulan yang didalamnya terdapat malam keutamaan, Lailatul Qadar. Yang keutamannya melebihi seribu bulan. Dan ketujuh, bulan yang penuh Rahmah, ampunan dan pembebasan dari siksa api neraka.
Itulah sebagian makna ramadhan penuh keberkahan dan keberkahan ramadhan bagi mereka yang beriman dan ihtisab dalam menjalaninya. Sedang bagi mereka yang tidak beriman dan ihtisab, Ramdhan adalah bulan sebagimana bulan lainnya, yang dilewati dengan biasa biasa saja. Tak ada keberkahan bagi mereka.
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96
Dalam bahasa Arab, berkah berasal dari kata barokah yang memiliki arti nikmat. Dalam istilah atau bentuk kata lain dalam bahasa Arab juga disebut mubarak dan tabaruk.
Imam Al-Ghazali juga membahas tentang makna kata berkah yaitu berarti bertambahnya kebaikan. Para ulama pun juga menterjemahkan makna kata berkah adalah segala hal yang berlimpah, baik dari aspek spiritual atau material. Termasuk di dalamnya kasih sayang, ketenangan, kenyamanan, waktu, usia, dsb. Dalam ayat lain, disebutkan juga kata berkah sebagaimana tersebut diatas tadi: “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96). Untuk itu, keberkahan ini berarti bahwa memang Allah memberikan nikmat berupa segala materi yang dibutuhkan manusia.
Ciri-Ciri Keberkahan dalam Hidup
1. Merasakan Nikmat dan Beramal Shaleh
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam” (QS: Al-An'am: 125)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa keberkahan hidup dari Allah salah satunya adalah dengan merasakan nikmat Iman dan Islam serta kenikmatan dalam beribadah. Tentunya tanpa ada perasaan tertekan, berat, atau merasa payah dalam menjalankannya. Misalnya saja, saat melaksanakan sedekah. Maka kita akan merasakan keutamaan sedekah tersebut dan manfaatnya dalam hidup. Sehingga ringan untuk melaksanakannya.
2. Konsisten dalam Kebaikan.
Menjadi orang yang baik butuh perjuangan dan pengorbanan. Sedang istiqamah dan konsisten berdiri tegak dalam kebajikan dan kebenaran secara terus-menerus butuh kesungguhan dan keteguhan hati dan kesabaran jiwa.
“Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya (Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus” (QS Ali Imron: 101)
Barokah dalam kamus bahasa Arab karya Ibnu Mandhûr, Lisânu al-‘Arab, diartikan sebagai “berkembang dan bertambah baik (an-namâ` wa az-ziyâdah)” atau “kebahagiaan hidup (as-sa’âdah)”. (1414 H: X, 395).
Menurut bahasa, berkah --berasal dari bahasa Arab: barokah (بركة), artinya nikmat (Kamus Al-Munawwir, 1997:78). Istilah lain berkah dalam bahasa Arab adalah mubarak dan tabaruk.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:179), berkah adalah “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”.
Kata ini diindonesiakan menjadi “berkah” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”
Menurut istilah, berkah (barokah) artinya ziyadatul khair, yakni “bertambahnya kebaikan” (Imam Al-Ghazali, Ensiklopedia Tasawuf, hlm. 79).
Para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia.
Dalam Syarah Shahih Muslim karya Imam Nawawi disebutkan, berkah memiliki dua arti:
Tumbuh, berkembang, atau bertambah;
Kebaikan yang berkesinambungan.
Menurut Imam Nawawi, asal makna berkah ialah “kebaikan yang banyak dan abadi”.
Dalam keseharian kita sering mendengar kata "mencari berkah", bermaksud mencari kebaikan atau tambahan kebaikan, baik kebaikan berupa bertambahnya harta, rezeki, maupun berupa kesehatan, ilmu, dan amal kebaikan (pahala).
POTENSI MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERKEUNGGULAN UTAMA
Sungguh benar manusia diciptakan dalam ahsana at taqwim, bentukan terbaiknya ciptaan, yang terdiri unsur jasmani dan rohani. Dalam jiwa atau diri manusia yang sempurna terdapat Ilham, potensi kedurhakaan dan ketaqwaan yang saling mempengaruhi gerak laku dan gaya hidup manusia. Sebagai makhluk berkeunggulan utama manusia memiliki potensi, meliputi :
1. Insting. Potensi asal dan dasar manusia untuk mengerti dan menggerakkan diri memenuhi kebutuhan dasar , basic need untuk melangsungkan dan mempertahankan hidup dan kehidupannya sesuai sifat alami naturalistiknya, sebagai keserasian hukum alam sunnatullah.
2. Panca indera yang dapat digunakan merespon situasi dan kondisi alamiah, dan dapat digunakan sebagai alat menemukan pengetahuan, pemahaman dan pengertian secara mudah, sederhana dan cepat terhadap obyek obyek material, riil, nyata dan langsung berdekatan , melalui pengengaran, penglihatan, perabaan, perasa dan penciuman. Dengan potensi ini manusia dapat mengenali identitas, sifat dan karakter apa yang ada disekitar sehingga dapat mengambil manfaatnya dan terhindar dari madharatnya.
2. Akal Pikiran. Potensi ini berupa kecerdasan luar biasa yang dapat membedakan manusia dari makhluk lainnya. Adanya akal pikiran ini manusia sanggup dan mampu mengemban amanah menjadi Khalifah fi Al Ardli yang bertugas dan bertanggung jawab atas terwujudnya kehidupan semesta yang penuh kasih sayang, rahmatan Lil Al alamin. Akal Pikiran Sebagai jalan ilmu pengetahuan dapat menerima pengajaran dan pembelajaran berkelanjutan dari Allah SWT untuk dapat mengetahui segala hal yang tadinya tidak diketahui sebelumnya. Ta'lim ini berlangsung terus menerus mulai Nabi Adam as sampai dengan manusia terakhir. Dari potensi ini lahirlah sains dan teknologi yang semakin lama semakin maju dan modern. Daya cipta karsa dan karya manusia berkembang seiring tuntutan kebutuhan dan tantangan zaman yang sangat dinamis, meninggalkan zaman primitif menuju post modern, dari zaman batu, perunggu, hingga kini serba digital, dan seterusnya. Dengan ilmu manusia mendapatkan apa saja yang diinginkan dengan mudah, maka percepatan perubahan pun terjadi dengan pesat dan massif. Bagai pepatah, burung terbang dengan sayapnya sedang manusia terbang dengan ilmunya. Eksplorasi kesemestaan pun terjadi seiring kecanggihan ilmu dan teknologi yang telah dimiliki manusia.
3. Qalbu, Hati Nurani. Adakah potensi yang sangat istimewa, yang dapat membawa manusia tahu dan kenal dengan nilai nilai ketuhanan (ihsani), nilai nilai kemanusiaan (ishlahi) dan nilai nilai kesemestaan (rahmati). Kekuatan rasa di hati manusia, membuatnya tahu diri dan sadar diri bahwa kehadirannya ada yang menghadirkan, keberadaannya ada yang mengadakannya, itu pasti ada maksud dan tujuan yang pasti dan jelas. Di sini manusia mengakui bahwa hidup dan matinya adalah untuk mengabdi beribadah hanya kepada Tuhan yang menciptakannya dan mengatur segalanya (Rabb). Ini jalan ihsani, senantiasa mempersembahkan segala yang perbuatanya sebagai ibadahnya kepada Allah SWT.
Dengan hati nuraninya, manusia dituntut mewujudkan relasi dan hubungan harmonis dengan sesama manusia. Rasa ingin diperlakukan oleh orang lain menuntutnya bersikap dan berperlaku yang tepat dan baik terhadap sesamanya. Ada kesadaran diri bahwa perlakuan baik hanya akan diperoleh dalam kehidupan bersama ketika semua manusia bersikap dan berperilaku baik. Maka jika kamu berbuat baik sungguh kebaikan itu adalah untuk mu sendiri, begitupun sebaliknya. Ini jalan ishlahi, selalu jadi sumber kedamaian dan kebahagiaan bagi sesama manusia.
Selain itu qalbu yang jernih mendorong tumbuh suburnya kesadaran bahwa semesta adalah anugerah yang mesti dijaga sebagai amanah, agar terawat kealamannya, keserasian hukum keseimbangannya, tidak rusak. Karena ia adalah tempat tinggal manusia yang dijanjikan hingga waktu tertentu. Hingga terwujud lestarinya kehidupan rahmatan Lil alamiin.
4. Potensi Nafsu. Potensi ini lebih cenderung menjadi kekuatan yang distruktif bagi manusia. Potensi ini mengarahkan manusia lebih berwatak amarah (sensitif emosional), lawwamah (grusa grusu penuh penyesalan) dan dhaluuman jahuulan (perilaku aniaya dan masa bodoh). Potensi ini bisa merusak citra dan cita diri manusia sebagai makhluk utama, jika tidak dikendalikan dengan baik , tepat dan benar.
MERAWAT BENTENG KEBERADABAN MANUSIA*
Hanya satu cara untuk merawat benteng keberadaban manusia, yaitu dengan jalan ber Islam yang benar, mengamalkan Islam dengan total, menjalankan Islam secara kaffah, keseluruhan dan tidak mengikuti langkah langkah syaitan.
Islam sebagai agama yang disisi Allah SWT, dan Allah SWT hanya meridhoi Islam sebagai agama yang wajib dijunjung tinggi dan ditegakkan dalam kehidupan jagad raya ini, akan membawa manusia ke dalam keadaban yang mulia dan agung. Keberislaman yang total, utuh dan menyeluruh serta mendalam, dilakukan dengan usaha usaha, antara lain:
1. Tanamkan kepercayaan dan keyakinan (iman) yang mendalam kedalam jiwa hati, qalbu yang Hanif lurus dan benar, tidak bercampur dengan kesyirikan, kemunafikan dan, kekufuran, dengan bertumpu pada teologi surat Al ikhlas dan Al Kafirun, dengan disertai dalil badan bukti baik naqli ( riwayat hadits dan Quran) maupun dalil aqly (nalar pikiran cerdas tercerahkan). Menjadikan Tauhid yang fungsional untuk kemanusiaan universal dan kesemestaan.
2. Memperluas faham agama, dengan memahami secara mendalam dan menyeluruh, serta utuh dan terpadu dimana keberislaman itu berdimensi ihsani (ketuhanan) dan ishlahi (perdamaian kemanusiaan) dan alami (kesemestaan), dengan pendekatan bayani ( tektual kontektual Nash), burhani (bukti empirik realita) dan irfani (kearifan hati nurani). Sehingga tidak terjebak pada sikap dan perilaku ghuluw ( berlebihan) dan tafrith (mengabaikan) dalam beragama, dapat terhindar dari taqdis afkari Al diny (pensakralan pemikiran Keagamaan), dan bisa konsisten beragama Islam yang wasathiyah ( moderat) , dan hadlarah (berkemajuan).
3. Memperbuahkan Dalam Budi Pekerti, atau akhlaq Karimah. Sekuat apapun akar imani dan sehebat apapun pohon keislaman yang utuh hanya bisa dirasakan nikmatnya dalam kehidupan pribadi, keluarga, Masyarakat, bangsa dan kemanusiaan universal, jika telah berwujud dalam bentuk buah Budi pekerti atau akhlaq karimah, akhlak yang mulia. Kehancuran benteng kemanusiaan ditandai dengan hancurnya akhlaq, runtuhnya etika dan moralitas dari kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun anggota komunitas semesta.
Puncak akhlaq itu adalah ketaqwaan. Maka semua norma aturan terkait keimanan dan keislaman pada hakekatnya adalah sistem nilai yang jika ditegakkan dengan baik, tepat dan benar akan menjadi benteng keadaban manusia yang kokoh, kuat dan tangguh. Termasuk amaliyah selama Ramadhan itupun sebuah instrumen agar manusia beriman
Itu menjadi orang yang bertaqwa, yang memiliki sikap laku akhlaq yang dapat merawat keadaban utama.
Semoga Allah SWT menjadikan kita orang yang bertaqwa. Aamiin.