Jelang muktamar Nasyiatul Aisyiyah ke-14 |
JAKARTA – Menjelang Muktamar Nasyiatul Aisyiyah ke-14 yang segera digelar pada 2-4 Desember di Bandung, Jawa Barat, Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) menyelenggarakan International Conference On Women Peace And Harmony 2022.
Diselenggarakan di UHAMKA, 30-31 Agustus 2022, seminar internasional ini digagas untuk mendorong Nasyiatul Aisyiyah (NA) berperan lebih aktif dan produktif mengurai permasalahan yang menghambat perempuan di ranah kultural hingga struktural di tingkat domestik dan global.
”Kami mengundang pembicara dari luar dan dalam negeri dengan harapan semakin banyak yang akan memberi arah yang makin jelas pada periode NA di masa depan dan bagaimana peran NA di dunia internasional,” ungkap Ketua Umum PPNA, Diyah Puspitarini.
Dalam pembukaan di Aula FEB UHAMKA, Senin (30/8), dirinya juga menyatakan keseriusan NA untuk berseiringan membawa misi Internasionalisasi Muhammadiyah di dunia luar.
Seminar ini juga menghimpun masukan sebelum dibentuknya Pimpinan Cabang Istimewa Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) luar negeri di kemudian hari.
“Pada periode ini kami memulai internasionalisasi NA dan salah satu puncaknya adalah bagaimana peran NA di dalam dan luar tidak hanya sebagai followers, tapi juga memberi arah gagasan pada gerak di masa ini dan yang akan datang,” imbuh Diyah.
Mengapresiasi forum ini, Menparekraf RI, Sandiaga Salahuddin Uno berharap NA dapat menghimpun ide dari seminar ini untuk memajukan kaum perempuan dengan berbagai program lanjutan yang tepat sasaran dan dijiwai dengan semangat fastabiqul khairat dan al birru manitaqqa.
“Kita ketahui bersama bahwa peremupuan dan laki-laki punya hak yang sama dan kontribusi dalam kebangkitan ekonomi nasional terutama UMKM dan ekonomi umat,” ujarnya dalam sambutan.
Pada kesempatan yang sama, Program Manager Eko Bhineka-JISRA, Surya Rahman Muhammad berharap optimalisasi peran perempuan sebagai sosok tangguh di berbagai bidang dapat dikawal NA sebagai tagline gerakan.
Mewakili Rektor UHAMKA Gunawan Suryoputro, Ketua LPP AIK UHAMKA, Muhib Rasyidi menilai forum ini penting bagi pengembangan gerakan Nasyiatul Aisyiyah ke depan. Terutama dalam agenda global NA terlibat dalam upaya proaktif membangun harmonisasi dan perdamaian dunia.
“Jadi, di dalam Alquran itu ketika (Ayat 1 Surat An-Nisa) bilang min nafsin wahidah, kata mufasir kemanusiaan itu tidak punya jenis kelamin karena kemanusiaan itu melekat pada setiap jiwa baik dari laki-laki maupun perempuan. Dan ketika hari ini kita bicara tentang kedamaian dan harmoni, itu memang agak rumit karena perseteruan di dalam masyarakat global kadang tidak peduli jenis kelamin,” ungkapnya.
Karena itu, Muhib menganggap perdamaian dan segala hal yang mendukung terwujudnya akan hal itu adalah tanggung jawab semua orang, termasuk perempuan.
“Konferensi ini saya kira tepat jika kita ingin menghadirkan perempuan itu agar mau terlibat dan peduli pada persoalan publik karena kalau persoalan domestik itu bisa dilakukan bersama,” pungkasnya.
Digelar secara hybrid dengan format diskusi panel, seminar yang berlangsung dua hari ini melibatkan pembicara seperti Guru Besar Ekonomi dan Keuangan dari American University in Cairo dan Ainu Syams University , Prof. Dr. Musthofa Dasuki Kesbah, Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Ketua Program Studi Magister Sains Manajemen dan Doktor Ilmu Manajemen, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta – Indonesia, Prof. Nurul Indarti, Sivilikonom., Cand. Merc., Ph.D.
Selain itu pemateri lain yang dijadwalkan mengisi forum ini adalah akademisi Institute of Islamic Studies - University of the Philippines, Diliman, Nefertari A A Arsad, Ph.D, anggota Komisi X DPR RI, Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si, Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, Ir. Suharti, Ph.D, Direktur Faith to Action Network (F2A) Nairobi-Kenya, Peter K. Munene, Ketua Keislaman PPNA, dan Anisia Kumala, Lc., M.Psi.
Para peserta yang hadir secara zoom antara lain pegiat NA di berbagai daerah di dalam dan luar negeri, akademisi dan praktisi di bidang ekonomi, pendidikan, dan sosial-budaya, Mitra Joint Initiative for Stategic Religious Action (JISRA), Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), dan Perempuan AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara). (afn)