BERHAJI BERSAMA SUAMI-ISTRI BISA MENJADI UJIAN IBADAH HAJI
Sebuah
keniscayaan setiap orang memiliki tingkat pemahaman Agama dan keinginan untuk mengamalkannya, dalam hal ini adalah beribadah haji, tidak
terkecuali pasangan suami dan istri. Pasangan
suami istri memiliki pemahaman dan keinginan untuk melaksanakan ibadah haji yang
benar- benar sama atau paling tidak hampir sama antara suami-istri. Kondisi itu
tentu akan menjadi ujian bagi masing-masing dari suami atau istri tersebut,
ditambah dengan sifat dan tabiat dari masing masing suami atau istri yang sewaktu waktu spontan muncul dengan
sendirinya.
Seorang
suami ingin ambil tarwiyah, pasangannya keberatan akhirnya tidak jadi, kalaupun ambil tarwiyah dilakukan dengan tidak sepenuh hati, seorang istri ingin ambil Nafar Tsani, pasangannya
keberatan akhirnya tidak ambil, kalaupun ambil Nafar Tsani dilakukan dengan
tidak sepenuh hati. Seorang suami ingin sebanyak - banyaknya sholat di Masjidil
harom, karena pasangannya keberatan, beralasan capek atau males akhirnya tidak jadi.
Terlihat
juga fenomena, karena berhaji bersama suami istri, waktunya banyak diisi dengan
bermesraan, shoping/berbelanja, makan dan lain-lain. Kemesraan-kemesraan itu
bagi jamaah haji lain yang berangkat sendirian tanpa suami atau istri apalagi yang
masih muda, tentu akan membuat perasaan bagaimana gitu?, tentu itu hanya akan
dibatin saja. Memang beribadah HAJI tidak mungkin sepenuhnya waktu digunakan
untuk beribadah, manusiawi sekali kalau sebagian waktunya untuk urusan yang
lain, belanja misalnya. Yang paling penting adalah proporsional.
Terlihat
juga fenomena ketika suami-istri berhaji bersama, egoismenya muncul, ini ada
kursi untuk duduk suami atau istri saya,
ini Bad untuk suami atau istri saya. Tentu itu tidak masalah sepanjang kondisi
normal, tetapi ketika di sekitar kita ada orang lain yang lebih membutuhkan,
misalnya lansia, apakah itu tidak menjadi masalah?
Seorang
suami atau istri juga sering atau banyak memiliki perbedaan dalam menggunakan
media social. Kegemaran yang berlebihan dalam bermedsos dari salah satu
pasangan suami istri dapat menjadi ancaman keikhlasan berhaji kita.
Terlihat
juga fenomena iri atau kecemburuan karena melihat pasangan suami istri yang
lain melakukan sesuatu hal, seperti makan bersama, shoping bersama, rekreasi bersama
bahkan sampai pada nyuci baju bersama, dll
Keuntungan
beribadah Haji berpasangan
Namun
demikian selain sebagai ujian, berangkat haji bersama suami istri, banyak juga
memiliki keuntungan-keuntungan yang tidak akan diperoleh oleh mereka yang
berangkat sendirian. Pengalaman spiritual yang besar dalam berhaji akan
dirasakan bersama, sehingga akan lebih meningkatkan rasa kasih sayang dan rasa
syukur diantara mereka. Rumah tangga semakin terasa sakinah, semakin bermakna. Ada ketenangan karena
keduanya bisa berhaji berbarengan dibandingkan kalau tidak berbarengan, bisa
saling menjaga, saling mengingatkan, saling mengisi dan seterusnya.
Fenomena beribadah
Haji.
Ujian
kesabaran sebagaimana di pesankan oleh banyak kawan-kawan saat kami berpamitan
berangkat ibadah haji, “semoga diberi kesabaran” kini di Mekkah betul-betul
terbukti. Misalnya berupa kata-kata atau kalimat dari sesama jamaah haji,
diantaranya, kalau bertemu teman sesama
jamaah. Pertanyaan pertama yang diajukan adalah "sudah umroh berapa
kali??? Sedangkan beliau langsung menjawab saya sudah 8x”. Saat saya tanya berapa kali panjenengan sholat
di Masjidil haram??? Jawabnya “sholat jamaah di hotel sama dengan di Masjidil
haram”.
Sebelum Arofah pun ada komentar, “Kok berani-beraninya melakukan Tarwiyah yang sangat beresiko, berani mempertaruhkan yang wajib di Arofah, bok ya ngikut pemerintah, nggak usah neko-neko”. Saat kami putuskan Nafar Tsani, juga demikian, ada komentar di sini tidak ada petugas Indonesia yang Nafar Tsani jadi mohon ditanggung sendiri jika ada kesulitan di Nafar Tsani. Di Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina) juga demikian menguras emosi dan butuh kesabaran kekuatan Fisik dan Rohani tingkat tinggi.
Di tulis oleh Ibu Hj. Susi Wahyuning Asih
(Jamaah haji KBIHU AR-RAUDHAH PDM Jember 1444 H)